Pemandangan

Pemandangan
Asri dan Segar

Selasa, 03 Januari 2012

Kisah Seorang Pengembara Bodoh

Kisah Seorang Pengembara Bodoh

Zaman dahulu kala, seorang pengembara yang bodoh memulai perjalanannya. Berpakaian lengkap, bermantel dan bertopi untuk mengusir dingin serta membawa tas yang berisi bekal makanan, ia menuju ke desa terdekat.

Sesampainya di desa, ia bertemu seorang nenek. Nenek itu mencoba menipu sang pengembara. Ia menghapiri snag pengembara, berpura-pura lemas dan berkata, “Aku kelaparan, bisakah kamu memberikan bekalmu kepadaku?”

Sang pengembara bodoh tersenyum dan memberikan bekalnya pada sang nenek, tanpa menyadari bahwa ia telah ditipu. Sang nenek pun berterimakasih lalu bergegas pergi, tak lupa hatinya mengejek sang pengembara yang telah dengan bodohnya memberikan bekalnya.

Ia melanjutkan perjalanan, dan bertemu dengan orang-orang lain di desa tersebut. Karena begitu lugu, ia tidak menyadari bahwa setiap orang yang ditemuinya itu menipunya dan memintanya untuk memberikan apapun yang ia punya. Satu persatu benda-benda yang melekat di tubuhnya ia berikan pada penduduk desa yang meminta, hingga akhirnya sang pengembara itu tidak lagi mengenakan sehelai benangpun.

Karena merasa malu dengan dirinya yang tidak mengenakan apa-apa, sang pengembara memutuskan untuk pergi ke dalam hutan lebat. Di dalam hutan itu ternyata hiduplah setan-setan jahat yang gemar menipu dan memakan tubuh manusia.

Seorang setan perempuan mendatangi sang pengembara dan berkata padanya, “Anakku jatuh sakit dan bisa sembuh jika memakan kaki manusia. Maukah kamu memberikan kakimu kepadaku?”

Maka lagi-lagi sang pengembara hanya tersenyum dan memberikan sebelah kakinya pada setan tersebut. Setan itu segera mengambil sebelah kaki sang pengembara, lalu menghilang ke kedalaman hutan.

Ketika sang pengembara melanjutkan perjalanannya, ia bertemu dengan setan-setan lain yang juga mencoba menipunya dengan meminta bagian-bagian tubuhnya. Namun sang pengembara lugu itu hanya tersenyum dan memberikan semua yang diminta.

Kakinya, tangannya, dan badannya akhirnya habis dimakan oleh setan-setan itu. Ketika hanya tinggal kepalanya, sang pengembara tidak mampu lagi melanjutkan perjalanannya. Lalu datanglah seorang setan lagi, dengan niat jahat hendak menelan kepala sang pengembara. Ia mendekati sang pengembara dan berkata,

“Aku membutuhkan kepala manusia, maukah kamu memberikannya?” katanya.

“Namun sebelum itu, aku akan memberimu hadiah.”

“Apa?” tanya sang pengembara.

Sang setan tersenyum licik, lalu mengulurkan sesuatu pada sang pengembara.

Selembar kertas kecil, bertuliskan,

‘BODOH’.

Seketika mata sang pengembara berkaca-kaca.

“Terima kasih… terima kasih…” bisiknya, air mengalir dari kedua matanya.

“Baru kali ini ada yang memberikanku hadiah… terima kasih… terima kasih…”

Minggu, 01 Januari 2012

KONDISI LAHAN PASANG SURUT


KONDISI LAHAN PASANG SURUT

Lahan pasang surut berbeda dengan lahan irigasi atau lahan kering yang sudah dikenal masyarakat. Perbedaannya menyangkut kesuburan tanah, sumber air tersedia, dan teknik pengelolaannya.

Lahan ini tersedia sangat luas dan dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Hasil yang diperoleh sangat tergantung kepada cara pengelolaannya. Untuk itu, petani perlu memahami sifat dan kondisi tanah dan air di lahan pasang surut.

Sifat tanah dan air yang perlu dipahami di lahan pasang surut ini berkaitan dengan:
• Tanah sulfat masam dengan senyawa piritnya
• Tanah gambut
• Air pasang besar dan kecil
• Kedalaman air tanah
• Kemasaman air yang menggenangi lahan.

Pengelolaan tanah dan air ini merupakan kunci keberhasilan usaha tani. Dengan upaya yang sungguh-sungguh, lahan pasang surut ini dapat bermanfaat bagi petani dan masyarakat luas.
Lahan pasang surut merupakan lahan marjinal yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal budidaya kelapa sawit. Potensi tersebut didasarkan pada karakteristik lahan maupun luasannya. Meskipun demikian, terkait dengan karakteristik tanah pada lahan pasang surut, pengembangan kelapa sawit di lahan pasang surut dihadapkan pada berbagai tantangan baik dalam pengelolaan lahan, kultur teknis maupun investasi untuk pembangunan infrastruktur. Untuk itu, pengembangan lahan rawa pasang surut memerlukan perencanaan, pengelolaan, dan pemanfaatan yang tepat serta penerapan teknologi yang sesuai, terutama pengelolaan tanah dan air.  Dengan upaya seperti itu diharapkan lahan rawa pasang surut dapat menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang produktif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
            Kajian terhadap karakteristik lahan rawa pasang surut di perkebunan kelapa sawit telah dilakukan melalui pengamatan profil tanah Typic Sulfaquent dan Sulfic Endoaquept di Sumatera Selatan. Perbedaan utama kedua jenis tanah tersebut  adalah kedalaman lapisan pirit. Typic Sulfaquent memiliki lapisan pirit pada kedalaman sekitar 50 cm dari permukaan tanah, sedangkan tanah Sulfic Endoaquepts memiliki kedalaman pirit sekitar 100 cm. Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit umumnya semakin baik dengan semakin dalamnya posisi lapisan pirit dari permukaan tanah. Secara umum, pertumbuhan tanaman dan produksi kelapa sawit pada lahan rawa pasang surut yang memiliki kandungan pirit juga sangat ditentukan oleh kualitas kultur teknis khususnya pengaturan tata air.  Kondisi tata air yang efektif mampu mengendalikan drainase sesuai kebutuhan tanaman, sekaligus mampu mencegah over drainage yang dapat mengakibatkan oksidasi pirit secara berlebihan.